51 tahun
51 tahun seolah jadi pengingat begitu kuat dia berjuang. Tangguh dan mandiri adalah apa yang selalu saya pelajari saat melihat Ibu. Buat saya beliau janji tuhan paling nyata cermin pengingat agar tak lupa bahwa ada manusia yang sangat mencintai saya dan tak boleh saya kecewakan.
Mulia berkata tak ada yang lebih penting dari Ibu, bahkan solat Sunnah sekalipun. saya tahu bagaimana beliau berjuang membesarkan anak egois ini, maka sampai kapan pun tidak akan ada kebaikan Ibu yang bisa saya ganti setimpal.
Saya masih ingat betul, lengan kanan Ibu adalah guling istirahat favorit saya ketika kecil. Ibu bernyanyi tanpa sumbang untuk mengantar anak yang penakut ini tidur. Sukar, nyaris mustahil bila ada niatan mencari sentuh selembutnya, suara seindahnya dan air mata yang mampu memantik cemas. Beliau teristimewa.
Suara pelan ditiap obrolannya dengan Tuhan adalah lampu kuning bagi saya agar jangan mengecewakan. Wajar dan tentu sesekali suara keras jadi wajah peringatan bila ada kesalahan. Semua demi kebaikan dan jamin selamat buah hatinya yang kini tumbuh lebih besar. Beliau terutama.
Senyum bila mendapati di layar telepon genggam ada namanya diiring dering. Saya rindu meski terkadang tak pernah saya utarakan langsung. Berdebar bila dering itu tiba dikala sadar salah, dipikul anaknya yang kini sudah mau tak mau harus dewasa. Beliau tercinta.
Halo Ibu Selamat Ulang Tahun, terima kasih ya. Bukan sekedar saya tidak terlahir tanpa perjuanganmu sebelumnya. Tapi lebih kepada sabarnya hati dan tidak putusnya doa untuk anak kecilmu yang kini sudah jauh lebih berani. Semoga kelak saya bisa buat Ibu bangga dan semoga saya bisa menjadi amal Jariyah untuk Ibu kelak dihadapan Allah. Aamiin. Saya sayang sekali. Saya yakin Ibu pasti rasa. Semoga beliau berbahagia selamanya.
Mulia berkata tak ada yang lebih penting dari Ibu, bahkan solat Sunnah sekalipun. saya tahu bagaimana beliau berjuang membesarkan anak egois ini, maka sampai kapan pun tidak akan ada kebaikan Ibu yang bisa saya ganti setimpal.
Saya masih ingat betul, lengan kanan Ibu adalah guling istirahat favorit saya ketika kecil. Ibu bernyanyi tanpa sumbang untuk mengantar anak yang penakut ini tidur. Sukar, nyaris mustahil bila ada niatan mencari sentuh selembutnya, suara seindahnya dan air mata yang mampu memantik cemas. Beliau teristimewa.
Suara pelan ditiap obrolannya dengan Tuhan adalah lampu kuning bagi saya agar jangan mengecewakan. Wajar dan tentu sesekali suara keras jadi wajah peringatan bila ada kesalahan. Semua demi kebaikan dan jamin selamat buah hatinya yang kini tumbuh lebih besar. Beliau terutama.
Senyum bila mendapati di layar telepon genggam ada namanya diiring dering. Saya rindu meski terkadang tak pernah saya utarakan langsung. Berdebar bila dering itu tiba dikala sadar salah, dipikul anaknya yang kini sudah mau tak mau harus dewasa. Beliau tercinta.
Halo Ibu Selamat Ulang Tahun, terima kasih ya. Bukan sekedar saya tidak terlahir tanpa perjuanganmu sebelumnya. Tapi lebih kepada sabarnya hati dan tidak putusnya doa untuk anak kecilmu yang kini sudah jauh lebih berani. Semoga kelak saya bisa buat Ibu bangga dan semoga saya bisa menjadi amal Jariyah untuk Ibu kelak dihadapan Allah. Aamiin. Saya sayang sekali. Saya yakin Ibu pasti rasa. Semoga beliau berbahagia selamanya.
Komentar
Posting Komentar